Contreng - mencontreng
12:51 PM | Author: Ennie Sutarwanti
Contreng-mencontreng

Istilah yang ngetred saat ini. Partai punya pilihan kalo caleg-nya ndak tau blas. Visi misi partai jelas, tapi profil caleg buta blas. Akhirnya pilihan jatuh ke orang-orang yang bertitle. Artinya punya background pendidikan lebihlah. Meskipun pendidikannya dari Universitas ecek-ecek. Ya serahin ama Alloh. Yang penting sebelumnya sudah mengucap Bismillahirahmanirrahim.



Read More..
Cerita Sebuah Ponsel
12:24 PM | Author: Ennie Sutarwanti
Setelah tiga hari, akhirnya aku keluar juga dari rumah kaca ini. Banyak sih yang naksir dan memimpikan diriku tapi sayang mereka tidak sanggup bayar. Orang yang akan memilikiku pasti bangga dengan kemolekan tubuh ini. Semua mencoba memijitku dengan cara halus maupun kasar. Decak kagum mereka benar-benar menyenangkan. Menjadikan diriku yang paling berkelas di masa ini.
***
“Apa ayahmu sudah kasih tau permintaanku?” tanya lelaki tua dengan nada angkuh.
“Sudah Pak. Ayah sudah kasih tahu saya. Ini ucapan terima kasih dari Ayah dan saya Pak, mohon diterima.” kata lelaki muda yang membeliku tadi sore. Dia menyerahkan diriku beserta amplop coklat yang tebal.
“Kalo kurang Bapak tinggal bilang lagi berapa jumlahnya, jangan sungkan-sungkan, akan saya usahakan.”
“Wah kok repot-repot sih, besok kan juga bisa, ndak perlu malam-malam begini.” balas si bapak tua.
“Kalo siang banyak lalat datang. Nanti dagingnya jadi rebutan lho Pak.”
“Bener juga kamu, baiklah aku lihat dulu semuanya.”
“Barangnya juga cantik lho Pak, keluaran terbaru. Belum ada yang punya. Silakan dicoba lho Pak.”
“Wah ada bonusnya juga ya.” Ujarnya setelah melirikku.
Tawa puas dari lelaki tua menggema keseluruh ruangan setelah dia mengintip isi amplop coklat dan mencoba diriku. Setelah mendengar sekilas pembicaraan mereka aku jadi kecewa berat. Ternyata diriku dijadikan sebagai salah satu alat suap. Lelaki muda tadi ternyata meminta agar tututan yang diajukan seringan mungkin. Kasus kepemilikan narkoba telah membelenggunya. Sedang lelaki tua yang memiliki aku sekarang tentunya seorang Jaksa Penuntut. Aku tidak suka akan gaya bicaranya, nada gembira yang penuh kelicikan. Benar-benar menyebalkan.
***


“Keren abis lho Ne, beli dimana new apa second?” tanya cewek imut yang lagi memegangku.
“New dong! Masa gue beli second, Ane gitu lhoh. ” jawab Ane pemilik keempat diriku.
“Fiturnya banyak banget, musiknya ok, wah aku jadi ingin beli tapi mimpi kali ye?”
“Lu mana punya duit buat beli gini. Gak level deh. Baru gue yang punya tipe ini.” ejek Ane pada si Imut.
“Lu pasti anak orang kaya. Enak bisa pakai keluaran terbaru,” sahut si Imut, “Gue aja minta ganti Hp gak dibeliin ama Bokap yang ada malah diomelin.”
“Bilang aja ama Bokap lu, kalo ndak dibeliin ndak mau sekolah.”
“Gue sih ndak berani Ne, dikasih Hp jadul bekas kakak gue aja udah seneng banget rasanya”
“Ah lu, anak sekarang kudu berani tawar menawar ama ortu, kalo mau anaknya pintar and gaul ya kasih fasilitas dong! ”
“Itu kan lu, boro-boro beliin Hp anaknya, beli minyak goreng aja gak mampu, untung gue masih disekolahin.”
Aku hanya tersenyum mendengar obrolan mereka. Ane bohong. Gengsi kali. Baru kasih DP aja, seratusribu, dua setengah persen dari harga jualku. Selebihnya dicicil. Baik hati banget yang punya counter. Maklumlah ada udang di balik batu, biar bisa deketain Ane yang cantik. Ku impikan kebahagian akan muncul setelah Pak Jaksa menyuruh asistennnya untuk menjualku gara-gara KPK sudah mulai mendapat laporan penyuapan, tapi kenyataan pemilikku sekarang sama menyebalkannya.
***
“ Dik, silakan dinikmati lho hidangannya.” kata Anti
“Gimana sih ceritanya kalian bisa saling kenal?” tanya Didik pada pasangan pengantin didepannya.
“Ini nih, gara-gara ini.”kata Anti sambil menunjukan diriku pada Didik.
“Gara-gara Hp?”
“Iya, baru saja membelinya dari counter, ada telepon masuk, salah sambung lagi. Tadinya aku cuekin Dik, tapi kemudian… ” cerita Anti tertahan karena melirik Mas Sono.
“ Karena aku terpesona sama suara cewek yang aku telepon tapi salah nomer itu, ya iseng-iseng aku telepon aja lagi. Eh, dia maki-maki terus Dik. Tapi lama-kelamaan dia mau tuh aku ajak kenalan, minta ketemuan lagi. Terus…auw sakit!” jerit Mas Sono sambil memegang bahu lengannya yang sudah dicubit Anti.
“O… jadi karena salah sambung nih.”
“Makanya Dik, kalo dapat telepon salah sambung dari cewek jangan langsung matiin Hp, ajak kenalan dulu, siapa tau jadi jodoh, seperti kami.” saran Mas Sono pada Didik.
Akhirnya diriku benar-benar menemukan pemilik yang baik. Aku sangat bermanfaatkan bagi mereka berdua. Terlebih saat Mas Sono dinas luar kota. Diriku selalu menampilkan wajah Mas Sono, tidak hanya suara saja. Kulitku yang silver selalu diberi selimut, tak ada goresan satupun. Sinar warna-warni juga menghiasi kepalaku kalo ada panggilan. Suasana menyenangkan ini bertahan selama sepuluh bulan hingga suatu peristiwa…
“Sudahlah Mas, jual saja Hp ini.”bisik Anti.
“Tapi Hp ini mempunyai kenangan tersendiri bagimu, dia yang mempertemukan kita” balas Mas Sono sambil mengusap-usap dahi isterinya.
“Anti tahu Mas, tapi calon anak kita lebih penting. Kalo caesar tabungan kita masih kurang Mas. Jual ya.” tetesan air mata Anti saat menyerahkan diriku ke Mas Sono membuatku merasa bangga sekaligus sedih. Bangga karena aku bisa ikut berperan dalam persalinan tapi sedih harus berpisah. Selamat berjuang Anti. Sayang aku tak bisa melihat si kecil.
***
“Halo-halo! Yang keras Pak!” teriak pemilik baruku,”Halo! Aku di bis! Ndak denger! Nanti ngebel lagi ya!”
“Siapa sih mbak?” tanya temannya.
“Suamiku mbak Tar.” jawabnya, “Suaranya putus-putus, tak suruh ngebel nanti aja,”
“Hp lama dijual to mbak?”
“Iya, sudah ketinggalan jaman. Yang ini ada kameranya, radio FM, bisa muncul orang yang ngebel kita.”
“3G maksudnya mbak?” tanya mbak Tar memperjelas.
“Ya itu apa em…tri…ji.” jawab pemilikku sambil malu-malu mengucapkan kata 3G, takut salah.
Sudah ndeso masih pamer itulah kesan pertama pada pemilikku. Aku belum tahu siapa namanya, baru kemarin malam dia beli aku. Suara suaminya tidak bisa kutangkap dengan baik. Kondisiku sejauh ini sehat. Lokasi juga di tengah kota. Jangan-jangan karena pakai kartu termurah, service ikut murahan.
Tiba-tiba ada tangan besar, putih, dan halus memegangku erat. Dalam hitungan detik aku sudah pindah ke dalam ransel yang digendong depan dada. Aku di-off secara kasar. Dengan jari-jari yang bergerak cepat chip yang melekat dalam tubuku sudah terlepas dan jatuh ke lantai bis. Risleting tas tertutup tanpa bunyi. Aku tak dapat melihat cahaya lagi. Perasaan tidak enak menyelimuti diriku. Aku belum bisa melihat muka orang ini dengan jelas.
“Karangjati! Karangjati!” teriakan kondektur terdengar nyaring.
“Pasar kiri mas.”
“Pasar kiri!”
Aku di pasar Karangjati rupanya. Badanku terguncang-guncang, mungkin dia jalan cepat atau lari. Tiba-tiba berhenti. Kegelapan telah sirna. Tangannya mengeluarkanku dari ransel. Ternyata bukan hanya tangannya yang cakep, wajah dan dandanannya juga, tapi sayang ada satu yang aku tidak setuju, kelakuannya.
“Mas mau jual batangan bagus, dikasih berapa nih?” tanya pemuda cakep ini pada pemilik counter.
“Sorry mas, kita ndak terima batangan.”
“Bagus kok mas barangnya, masih mulus, lagi butuh duit nih mas, buat bayar kuliah, masa ndak bisa mas.” bujuknya sambil menyodorkanku,”lihat dulu aja mas, siapa tahu cocok, setengah harga boleh deh.”
Penjaga counter tak menanggapi. Hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Dijual berapa tuh mas?” tanya lelaki disebelah pemuda cakep.
“Bapak nawar aja berapa nanti kalo klik saya lepasin deh. Nih liat aja dulu Pak” pemuda cakep menyerahkan diriku untuk dinilai.
“Wah saya ndak berani nawar, pingin tahu aja, saya kesini hanya punya limaratus buat beliin orang rumah.”
“Klik deh Pak, soalnya saya lagi butuh duit cepat. Kalo ndak ada duit besok ndak bisa ujian Pak”
“Bener nih Dik, wah rejeki aku nih!” seru lelaki calon pemilik baru kegirangan. Dengan segera uang limaratus ribu dan diriku saling berpindah tangan. Pemuda cakep segera bergegas meninggalkan counter.
“Maaf ya Mas Suta, ndak jadi beli Hp situ. Habis ada barang murah sih, sekalian nolong .”
“Nolong gimana to Lik Nanto, bantu memperlancar kejahatan lha itu bener”
“Apa kamu bilang?” tanya Lik Nanto dengan nada tinggi.
“Lho jelas banget tuh Lik!” seru Mas Suta,”Barang ini harga second tiga setengah juta, dia jual hanya lima ratus ribu. Batangan lagi.”
“Aku sengaja ndak mau beli bukan karena ndak punya modal cari dagangan tapi takut Lik.”
“Bisa ditangkap polisi ya?”
“Betul itu, tapi kebanyakan orang yang kehilangan males mau lapor ke polisi karena harus menyerahkan beberapa data dari Hp itu sendiri, jadi dibiarkan aja. Yang aku tidak tenang bukan polisinya Lik. Tapi ama yang di atas. Kalo aku jual barang haram bisa-bisa daganganku tidak membawa berkah. Bisa saja aku bangkrut atau kena masalah lain”
Lik Nanto jadi terdiam memikirkan omongan Mas Suta. Perasaan takut mulai terpancar dari wajahnya tapi apa boleh buat semuanya sudah terjadi. Tangannya yang berkeringat mulai terasa di kulitku.
“Tapi tadi aku ndak tahu kalo ini barang haram lho, Mas, jadi tetep halal ya.” Kata Lik Nanto mencari dukungan pembenaran,”Kok Mas Suta tadi tidak kasih tau aku, kalo tau haram kan aku ndak jadi beli mas.”
“Lik Nanto sudah aku kasih kode mata tapi ndak tanggap.”
“Aku kira matamu masih gatal gara-gara belekan kemarin. Kamu kan bisa langsung ngomong aja.”
“Mana berani Lik, kalo aku ngomong terus dia ngancam aku pakai pisau atau pistol gimana?” Mas Suta bergidik.
***

Read More..
Sebel ama Bos?.....Sebel sih tapi butuh duitnya
12:30 PM | Author: Ennie Sutarwanti
Pernah merasakan BT ama Bos karena pendapat kita tidak didengar?
Pernah pendapat kita dimentahkan oleh Bos yang pendidikkannya hanya sampai SD?
Pernah dapat makian Bos meski jelas-jelas dia yang salah?

Kalo pernah, pasti anda BT, sama dong kalo gitu. Tapi artinya kita gagal jualan ide, salesmanship kita rendah. Kalo bisa meyakinkan bos baru namanya SUKSES.

Bukan bermaksud merendahkan tetapi susah2 buat laporan pakai statistik data ternyata tetep bos nggak mudeng or paham. Sebel. Tapi ini tantangan kalo bisa buat bos ngerti manfaat data2 statistik berarti kita termasul penjual yang hebat.

bersambung...



Read More..
Pentingnya Peran Seorang Ibu
2:19 PM | Author: Ennie Sutarwanti
Pernahkan anda menyaksikan anak yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas II menanyakan kepada ibunya “Bahasa Inggrisnya Kucing apa sih Bu?” Sang ibu hanya menjawab “Mbuh Nduk, Ibu ndak tahu, jamannya Ibu sekolah ndak ada Inggris-Inggrisan!”. Sang anak terlihat cemberut, merasa tidak puas dengan jawaban Ibu. Atau menyaksikan reaksi Ibu, saat anaknya yang lain, yang duduk di kelas VI SD minta uang untuk browsing di Internet CafĂ© dekat alun-alun kota karena tidak kebagian giliran saat mencoba internet di sekolah. Dari Ibu tersebut terlontar jawaban “Apa to itu browsing internet, sekolah jaman sekarang emang aneh-aneh aja, lagian bayar mahal-mahal kok bisa ndak dapat giliran!”. Hati anak akan semakin menciut sudah tidak dapat uang masih mendengar gerutu ibunya. Sekelumit contoh tadi tentunya membuat kita sadar bahwa bagi anak peran ibu adalah segalanya, pemberi kasih sayang, pelindung, teman, bahkan sumber pengetahuan. Tetapi banyak ibu yang mengabaikan perannya sebagai sumber pengetahuan.

Pernahkah terpikir di benak anda kondisi anak anda sekarang pada tahun 2020, 12 tahun lagi saat dihilangkan hambatan perdagangan antar negara? Dari contoh di atas, orang yang bisa berbahasa asing dan mampu menggunakan teknologi informasi seperti internet akan mendapatkan informasi lebih cepat. Orang yang sukses adalah orang yang menguasai informasi. Dengan dua hal tersebut bisa saja seorang penjual memasarkan dagangannya tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke luar negeri, sehingga keuntungan yang diraup juga akan bertambah. Bisa dibayangkan kalo anak Indonesia tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup dari sekarang tentu bangsa Indonesia akan sangat tertinggal, kalah dengan bangsa asing. Generasi penerus kita akan terjajah. Banyak orang asing yang datang, mencari keuntungan di negara kita dan masyarakat Indonesia sendiri hanya menjadi buruh. Harusnya bangsa asing yang datang ke negara kita lah yang menjadi buruh. Peningkatan sumber daya manusia merupakan kunci penting agar di masa datang saat anak-anak dewasa bisa bertahan dan mampu menghadapai tantangan zaman, khususnya bagi kesejahteraan hidupnya, diantaranya dengan cara menambah pengetahuan anak.

Agar kunci penting tersebut terwujud negara menganggap peran Ibu sangatlah penting, sehingga Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini. Kalo menengok sejarah Hari Ibu berawal dari Kongres Perempuan I pada tanggal 22 Desember 1928 yang bertempat di Yogyakarta. Hasil keputusan kongres tersebut memperjuangkan hak-hak perempuan, memperbaiki nasib dan derajat kaum perempuan. Sampai detik ini tujuan tersebut telah terlihat kemajuannya meski belum semua. Peran perempuan sudah dapat terlihat diberbagai bidang dari ekonomi sampai panggung politik. Di masyarakat kesempatan bagi perempuan untuk bersekolah dan bekerja setara dengan laki-laki sudah tidak ada hambatan.

Begitu giatnya kaum perempuan dewasa ini memperjuangkan hak-haknya, lalu bagaimana dengan kewajibannya?, Peran Ibu sebagai sumber pengetahuan termasuk dalam kewajiban dalam mendidik anak sebagai generasi penerus Bangsa Mendidik memang tidak hanya transfer pengetahuan kepada anak, tetapi juga termasuk di dalamnya agama, budaya, dan social. Dari ilustrasi diawal, era anak sudah jauh berbeda dengan era Ibu, tetapi Ibu tidak mau berubah . Rasa sudah berkecukupan membuat Ibu malas menerima perubahan. Bisa kita simpulkan bahwa Ibu enggan untuk mengupgrade diri.

Pingin nih jadi ibu, kapan ya...




Read More..
Dilema UMK, Kerja beda Gaji sama aja???
7:07 AM | Author: Ennie Sutarwanti
Sering merasa iri dengan kerjaan teman?

Liat aja buruh bagian jahit ama buruh yang tugasnya membungkus hasil jahitan, di pabrik yang sama, kok gajinya sama besarnya, sesuai UMK.

Atau... sama-sama di bagian jahit dengan kondisi yang sama, si A menghasilkan 100 baju, si B menghasilkan 50 baju, gaji yang diterimapun tetap sama, sesuai UMK, bedanya cuma Si A diberikan "senyuman", Si B diberikan "makian".

Hal ini merupakan dampak negatif UMK. Productivitas bisa turun. Buruh selalu berpikiran mau kerja berat atau ringan, pengusaha harus bisa membayar upah sesuai UMK yang ditetapkan. Wah... kalo seperti ini produktivitas bisa turun.

Ngomong seperti ini bukan berarti aku adalah pengusaha. Tapi gimana rakyat Indonesia bisa produktiv atau bersaing dengan buruh asing kalo pola pikirnya tidak bisa berubah. Read More..
Sering TERLAMBAT YA ya, sepele sih tapi…
12:36 PM | Author: Ennie Sutarwanti
Ada seorang karyawan yang dulu sangat rajin tapi sekarang tiap hari terlambat kerja. Kenapa demikian? Jelas bedalah…, dulu takut, sekarang termasuk senior, lebih-lebih dekat penguasa lagi. Jadi mau terlambat ya… paling-paling dapat SP alias surat peringatan saja. Tak akan ada pemecatan. Cuek aja. Merasa orang penting sih…, ibaratnya tak ada aku kerjaan tak lancar.

Sebuah mental buruk telah tercipta. Mental yang tidak efektif dan efisien. Itulah mental yang banyak dimiliki oleh manusia Indonesia. Mental korupsi waktu. Ah nggak apa-apa, paling-paling cuman telat 5 menit aja.

Kasihan pengusaha kalo semua karyawan bermental seperti ini. Untuk mengatasi keterlambatan ini banyak pengusaha yang memberikan insentif kehadiran/premi hadir. Sebetulnya ini tidak perlu, kenapa demikian? Harusnya karyawan sadar bahwa ini merupakan kewajiban dirinya.



Sikap hormat karyawan kepada pengusaha tidak perlu dilakukan dengan membungkukan badan atau bersalaman sambil mencium tangan saat bertemu tapi dengan datang dan pulang tepat waktu itu sudah merupakan salah satu wujud sikap hormat.

Wajar jika pengusaha menetapkan sanksi terhadap karyawan yang terlambat karena pengusaha juga mempunyai kewajiban untuk membayar upah sesuai dengan perundangan. Rugi kalo tak ada sanksi.

Jadi jangan marah kalo gaji dipotong gara-gara keterlambatan he he he..., kalo komulatif keterlambatan sebulan = 130 menit, upah minimum Rp. 672.000, maka upah yang dipotong = (Rp. 672.000/173/60)x 130 menit = Rp 8.416,18 (1.25% dari upah minimum). Wah lumayan juga ya, jatah satu mangkok bakso plus es teh bisa berkurang nih.

Belum Surat Peringatannya. Malu………

Jadi… sama-sama yuk perbaiki mental diri, JANGAN TERLAMBAT LAGI !
(buat Indonesiaku kalo mau maju ini salah satu cara ampuh lho)
Read More..